Baju renang muslimah: Ide awal

Saya ceritakan lagi awal mula ide dibuatnya baju renang muslimah.

Bermula dari sebuah keluarga muda yang memiliki 2 anak, anak pertama berumur 4 tahun, adiknya 2 tahun. Si kakak minta diajak berenang ke sebuah taman wisata renang. Tentunya si adik juga pengen ikut dong. Sesampai di tempat renang, yang bisa ikut nyebur cuma papanya. Mamanya kan memakai jilbab, jadi cuma bisa jadi penunggu pakaian ganti, handphone dan kacamata (padahal ikut bayar tiket masuk).

Repotnya ketika si anak pertama minta main prosotan di kolam yang lebih dalam. Lha si adik gimana? Si adik maunya main di kolam cetek (dangkal). Coba si mama bisa ikut nyebur. Kan bisa satu-satu pegang anak.

Pernah dicoba, biar mamanya bisa ikut nyemplung, mamanya pake celana training (celana senam) dengan atasan kaos longgar dan tetap pake jilbab. Eeh, tahunya ditegur sama penjaga kolam.
"Bu, harus pakai baju renang ya Bu!".
Lho, gimana sih masa orang pakai jilbab disuruh pakai baju renang?."Emang kenapa mas?" tanya si mama.
"Dilarang sama manajemen Bu".
"Iyaa, emangnya kenapa kok dilarang?"
"Ya..itu sudah aturan manajemen Bu, kalo Ibu ga nurut nanti saya bisa kena masalah.
"Yaa sudah lah, bisa ga selesai berdebat dengan orang yang tidak tepat.
Nah lho, masa mau terus begitu?

Makanya diciptakanlah baju renang muslimah yang tertutup namun tidak "lontong" (ketat melilit tubuh). Bahannya tetap dari bahan baju renang umumnya yaitu Licra/Spandec. Polanya didisain sedemikian rupa agar bisa mengakomodasi akidah pakaian untuk muslimah, misalnya ukurannya dibuat longgar, ada penutup kepala, ada kerah yang tinggi, rok panjang menutup pinggul, dll.